Sponsor

Keindahan Sampah yang Berserakan

Bagi anda pecinta Fotografi jangan lewatkan moment seperti ini untuk mendapatkan sebuah hasil karya yang memikat jutaan mata untuk seraya memandangi panorama indah tersebut.

Buah yang Kehausan

Pemandangan seperti ini sering kita jumpai ketika hujan yang turun kebumi sedikit mulai mereda dan inilah kesempatan untuk mengabadikan air suci yang diserap oleh buah- buahan dan pepohonan.

Sunset On the Beach

Ketika sang surya mulai bersembunyi dibelakang pantai disorehari, disambut oleh beberapa burung yang menyaksikan betapa indahnya ciptaan tuhan yang mulai menggeser kepermukaan bumi.

The Lazy Flowers

Objek bunga layu yang diambil merupakan tema dari foto tersebut, dengan menyajikan bunga layu pertanda kesejahteraan yang dirasakan sedikit memudar dan bahkan hilang.

Full Colours

Merah kuning hijau, berbagai paduan warna yang dijadikan objek sehingga menjadikan foto tersebut seakan lebih hidup dengan warna- warni yang disajikan.

Rabu, 22 Januari 2014

Jangan Diam Mahasiswa

Foto: Ilustrasi
Oleh: Sujaka Fajar*

“Hidup Mahasiswa”, kata yang sudah tidak asing lagi kita dengar. Kata-kata yang sering diteriakkan sebagai kaum intelek muda. Jargon yang apabila diteriakkan dapat membuat semangat mahasiswa menggebu-gebu. Tapi apakah kata-kata tersebut masih memiliki efek yang sama ?

“Hidup Mahasiswa” memliki makna yang fundamental. Kata “Hidup” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti masih terus ada, bergerak, bekerja semestinya. Ketika dijadikan dalam satu susunan kata, kata hidup ini menjelaskan kata berikutnya yang digabungkan dalam satu frase. Ketika dihubungkan dalam frase, berarti frase ini mendeskripsikan suatu gerakan, bekerja semestinya dan membuat sesuatu menjadi hidup. Lalu, sesuatu apa yang kemudian dijadikan hidup, bekerja semestinya, dan untuk selalu ada ? kata pelengkap berikutnya, "Mahasiswa".

Mahasiswa, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai orang yang belajar di  perguruan tinggi. Di depan kata “siswa” ada kata “maha” yang identik digunakan dengan sesuatu yang berhubungan dengan tuhan (e.g Maha Pengasih, Maha Penyayang). Dalam bahasa Inggris mahasiswa disebut Student atau College Student dan dalam bahasa Arab adalah Thulabiy yang artinya sama dengan siswa. Mereka tidak menggunakan terminologi Great Student atau Akbarutthalabiy untuk mengganti kata mahasiswa.

Hanya Indonesia yang mengagungkan pelajar perguruana tinggi. Hal ini menunjukan bahwa mahasiswa memiliki kekuatan yang luar biasa. Bahkan presiden pertama kita Soekarno pernah berkata dalam pidatonya bahwa dengan 10 pemuda kita dapat menggetarkan dunia.

Banyak gerakan yang dipelopori oleh pemuda, pada mei 1998 misalnya. Kala itu mahasiswa berhasil meruntuhkan rezim yang telah lama menguasai pemerintahan. Saat itulah mahasiswa meneriakkan dengan bangga dan lantang “Hidup Mahasiswa”.


Namun, mahasiswa saat ini bertolak belakang dengan mahasiswa pada jaman orde baru. Saat ini mahasiswa terlalu sibuk untuk memamerkan kekayaan orang tuanya. Mahasiswa saat ini terlalu sibuk untuk meng-upgrade gadgetnya. Almamater yang merupakan lambang perjuangan kini hanya menjadi atribut saat UTS dan UAS. Mahasiswa saat ini lupa akan gelar yang mereka sandang. Mahasiswa yang dulu ditakuti pemerintah kini hanya dipandang sebelah mata. Aksi demonstrasi menuntut keadilan dianggap sebagai setitik debu yang hilang dengan satu tiupan.


Dimulai dari mahasiswa FISIP UNSERA, marilah kita bangkitkan kembali harimau yang lapar akan keadilan, marilah kita kembalikan kejayaan mahasiswa seperti sedia kala, marilah kita teriakkan kembali dengan lantang dan bangga “Hidup Mahasiswa” !!!.

*Mahasiswa Ilmu Komunikasi Semester V yang tidak lain saat ini menjabat sebagai ketua BEM FISIP Unsera

Minggu, 12 Januari 2014

Himanura Dinilai Tak Tertib Administratif

Foto: Ilustrasi
FISIPNEWS- Himpunan Mahasiswa Ilmu Administrasi Negara (Himanura) dinilai tidak tertib administratif dalam menjalankan roda keorganisasiannya, hal tersebut disampaikan oleh ketua Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Serang Raya (BEM FISIP UNSERA), Sujaka Fajar saat ditemui beberapa waktu lalu.
Ia menilai bahwa Himanura saat ini belum punya landasan yang kuat terhadap kegiatan yang mereka lakukan, kegiatan yang mereka lakukan selama ini hanya berlandaskan pada hasil rapat panitia, pengurus dan program kerja Himanura, padahal satu hal yang sangat penting dalam organisasi adalah Anggaran Dasar atau anggaran Rumah Tangga (AD/ART) yang mengatur secara sistematis tentang arah dan kebijakan organisasi tersebut, “namun demikian dari pihak Himanura sendiri tidak pernah melakukan koordinasi tekait program kerja yang akan mereka laksanakan” jelasnya.
Sebagaimana diketahui sebelumnya, bahwa dalam waktu dekat ini Himanura akan mengadakan Latihan Kepemimpinan (LK) namun sampai saat ini belum ada koordinasi dari pihak terkait.
Selain itu ia juga menjelaskan terkait birokrasi yang berada dibawah naungan Keluarga Besar Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, yakni dari tatanan Eksekutif yang berada dibawah naungan Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMP) dapat menjalani koordinasi dengan Eksekutif yang berada dibawah naungan Fakutas/ BEM Fakultas, begitu pula dengan BEM Fakultas dapat menjalani koordinasi dengan Lembaga Legislatif fakultas/ DPM Fakultas, “itu yang tertuang dalam AD/ART KBM Fisip Unsera tahun 2013” tegasnya. "Tidak tahu, tapi tidak nanya, mungkin Himanura tidak tahu jalur birokrasinya" lanjutnya saat diwawancarai, Jumat (3/01).
Saat dikonfirmasi terkait hal tersebut, ketua Himanura, Nida Nihayatul Janah mengaku kebingungan dalam menjalankan program kerja yang telah dibuatnya, pasalnya ia pun belum tahu persis terkait birokrasi yang ada dikampus "karena dari dulunya, dalam proposal itu hanya ada landasan kegiatan yang berisi Program Kerja (Proker), dan Hasil Rapat Kerja (Raker)”, jelasnya saat diwawancarai, Sabtu (4/01).
Terkait dengan masalah ini, salah seorang mahasiswi Universitas Serang Raya (Unsera), Jurusan Ilmu Administrasi Negara, Desy Legia melihat, perlu adanya musyawarah yang dilakukan antara Himanura, BEM Fisip dan DPM Fisip, "Rundingin saja untuk membuat Anggaran Dasar atau Anggaran Rumah Tangga (ADART) agar Himanura bisa menjalankan semua program kerjanya " kata Desy yang masih duduk disemester satu pada saat diwawancarai, Sabtu (4/14).
Sementara itu pengurus Himanura periode 2012-2013, Azis Kusuma Ramdani menjelaskan terkait hal yang menjadi tranding topic difisip beberapa waktu lalu, bahwa dari tahun ketahun roda kepemimpinan yang dilalui belum ada titik terang untuk melakukan musyawarah mahasiswa program studi ilmu administrasi Negara, “dari pemimpin sebelumnya, belum ada musyawarah jurusan terkait pembuatan Anggaran Dasar atau Anggaran Rumah Tangga (ADART)” saat ditemui didepan kampus, Jumat (3/14).

Namun demikian ketua umum Himanura Nida Nihayatul Jannah tetap konsisten untuk melaksanakan semua program kerja yang telah disepakati anggotanya, tentu dengan birokrasi yang benar dan tepat, “jadi fokus kepengurusan kita sekarang adalah pembentukan AD/ ART" Tegas Nida. (Wartakom-111)

Selasa, 07 Januari 2014

Suluk Gus Dur (Bilik-bilik Spiritual Sang Guru Bangsa)

Oleh: Eris Novalinda*
Dengan tauhid, islam menegakan perbedaa pendapat dan keyakinan, dan jika perbedaan keyakinan dapat ditolerin dalam hal palaing mendasar seperti dalam keimanan, tentunya sikap tenggang rasa lebih lagi diperkenkan dan mengelola perbedaan pandangan politik dan ideologi.Citra diri Gus Dur sangat beragam. Selain sebagai intelektual,budayawan, dan politikus,Gus Dur adalah seorang kiyai dan guru sufi yang hidup dari sumber tradisi dimana ia berasal. Tradisi ini menjadi basis Gus Dur berngakat dan berdielaktika dengan zaman realitas sosial. Bagwa kemudian Gus Dur  mempelajari ilmu-ilmu  sosial kritis, kebudayaan, dan dinamika peradaban bangsa lain, di luar tradisi tempat dia berasal, tidak dinafikan ikut membentuk jati dirinya.
Tradisi yang menghidupi Gus Dur bersumber dari keyakinan dan sikap hidup seorang Ahlussunah Waljama’ah an-Nahdiliyah yang berasal dari pesantren , di smaping sebagai yang hidup lingkungan lokal keindonesiaan dengan tradisi panjang nusantara . Dari tradisi seorang aswaja AN-Nadhiliyah ini , nilai tauhid menjadi poros dalam keyakinan Gus Dur dan kmudian membentuk sikap peribadinya, dan apa yang terlihat dalam diri Gus Dur adalah cermin nilai-nilai tauhid dalama hidup nya dari aspek-aspek yang dikenal manusia lewat sikap-sikapnya yang harus berdialetika dengan konteks sosial dan sisi kemanusiaannya, bukan seorang syaikh sufi yang membaiat para murid, dan bukan sufi yang membela doktrin-doktrin tasawuf dengan berbagai kitab dan perdebatan. Dan dalam cerita K.H Chlolil “Di mobil, sayaa mengamati Gus Dur lakunya mengambil mazhab kedua yaitu menduniakan akhirat dan mengakhiratkan dunia. Dia bahkan memilih yang pahalanya besar.seperti silaturahmi, menyenangkan saudara (meski tidak jarang membuat kesal orang lain akan sikapnya) .
Hal penting yang dikemukakan K.H. Cholil Bishiri (kiai yang juga sangat mengagumi al-Hikam karangan ibnu Atha’illah Al-Sakandari sebagai mana Gus Dur) tentang laku Gus Dur yaitu mengakhiratkan dunia dan menduniakan akhirat. K.H. Cholil Bishiri memberikan arti dari laku itu sebagai : melakukan kegiatan sosial kemasyarakatan ketimbang ibadah mahdhah. Dan dengan kata lain “menduniakan akhirat dan mengakhiratkan dunia” juga bisa dibaca :  menerjemahkan aspek langit sebagai hasil dari suluk-nya . 
Dan Gus Dur memiliki secara konstan dan istiqomah melayani masyarakat, umat,bangsa,dan manusia. Basis yang digunakan Gus Dur untuk melakukan pelayanan adalah nilai-nilai tauhid, keadilan, kesetaraan, kemanusiaan, persaudaraan, toleransi, pembebasan, menghargai pengetahuan lokal, dan lain-lain. Nilai-nilai yang mendasari ini pernah dirumuskan oleh murid-murid Gus Dur, yang kemudian menjadi 9 nilai dasar yang digunakan dalam  kaderisasi jaringan gusdurian. Bentuk pelayanan Gus Dur mengejawantah dalam pengabdian kepada umat islam, kepada masyarakat bangsa, kepada negara, dan kepada dunia. Diantara bentuk yang dipilih adalah posisinya yang menjadi pemimpin jam’iyah NU,ketua Fordem,dan banyak yang lain. Dari berbagai peran pelayanan ini , GusDur menjadi pemimpin yang menggerakan masyarakat untuk melakukan pembenahan terus-menerus, tanpa mengeluh lelah, Dengan tetap brsandarkan pada nilai-nilai luhur di atas.Sejauh yang disampaikan dalam melakukan pelayanan, Gus Dur selalu menempuh upaya-upaya yang menekankan dinamisasi, bukan revolusi fisik yang berdarah-darah, dan konsisten memilih jalan nirkekerasan dalam melakukan tindakan. Dalam aspek dinamisasi ini,Gus Dur selalu ingin memelihara aspek kesinambungan dengan tradisi di masyarakat yang ada dan pada saat yang sama tidak kehilangan elan vitalnya untuk menatap masa depan. Karena menurutnya ‘’meneruskan tradisi secara dinamis jauh lebih bert dan sukar daripada membuat tradisi itu sendiri’’(dalam pergulatan negara,agama,kebudayaan).
Sedangkan jalan damai, musyawarah, dialog, rekonsiliasi, menempuh jalur hukum ,protes,dan sejenisnya adalah jalan-jalan yang ditempuh dan diajarkan kepada masyarakat sebagai jalan nirkekerasan. Jalan hidup itu,diajarkan Gus Dur dalam berbgai tulisan dan sikap-sikap yang diambil di dunia publik.Dan melayani masyarakat secara istiqomah adalah pekerjaan yang tidak kecil dan tidak mudah, karena sang salik harus mendahulukan kepentingan masyarakat,murah hati, dan akhlak-akhlak mulia lain dalam dimensi sosial.Bagian dari sikap melayani masyarakat secara muta’addi itu, secara khusus Gus Dur memiliki laku untuk mencerdaskan masyarakat agar ingin berfikir dan bertindak demi suatu kepentingan yang panjang, tidak sesaat, tidak mementingkan citra. Bentuk yang dipilih Gus Dur untuk mencerdaskan masyarakat adalah menulis artikel, menerjemahkan buku, menyampaikan ide di forum-forum seminar, mengaji kitab kuning di pesantren, melakukan perotes terhadap pelakuan yang tidak adil dengan demonstrasi,konsferensi pers, dan lain-lain , sesuai dengan jamannya. Bahkan hingga Gus Dur telah terkena serangan stroke pun, masih menyenpatkan diri untuk menulis, dengan cara nendiktekannya kepada orang yang dipercayainnya . karena Gus Dur meresapi dan mengumuli hadist Nabi tentang nilai yang terus-menerus mengalir pahalanya, yaitu “ilmu yang bermanfaat” sebagaimana di sebutkan dalam hadist Nabi: “Apabila seseorang anak Adam meninggal dunia,akan terputuslah amalnya kecuali tiga hal, yaitu shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak yang shalihYang mendoakan orang tuanya” (HR Bhukori dan Muslim). Dan juga bagian dari pelayanan adalah penampilan Gus Dur di ruang publik yang selalu menyuguhkan humor-humor dan sangat menggembirakan bagi yang mendengarnya, yang menarik lagi humor-humor Gus Dur banyak memberikan catatan otak bagi pendengarnya : satu sisi , humor-humor mentransformasikan pengetahuan, dan di sisi lain bernilai menggembirakan orang lain.
         Bagi Gus Dur humor adalah ekspresi kewarasan dan karenanya tidak perlu dicurigai, apalagi dipandang secara sinis. Gus Dur menyebutnya ‘’Humor adalah ekspresi kewarasan yang paling top , sebab dengan humor kita menabrak segala bbatasan yang ada , sebab orang yang mengerti humor itu adalah orang yang paling sadar.
Dan pelayanan dalam bentuk lain, juga dikemukakan K.H Cholil Bishri yang menyebutkan laku sejenis ini adalah mempunyai kesukaan mengundang dan mengumpulkan fakir miskin .Gus Dur sangat senang menjalin silaturahmi. Mahfud MD mengatakan”Gus Dur tidak pernah lelah bersilaturahmi kepada siapapun, mulai dari kota besar sampai kedesa terpencil, mulai dari sahabat karib sampai kelawan-lawan politik, mulai dari orang-orang besar sampai orang-orang kecil”.

Dalam hal ini, Gus Dur sering mencontohkan sosok kakenya, Hadhratusy Syaikh Hasyim Asy’ari, yang pergaulannya sangat luas. Meskipun berbeda politik dan pandangan dalam gerakan masyarakat ternyata Hadhratusy Syaikh Hasyim Asy’ari juga bersahabat dengan Husen yang sering mampir ke tebuireng, semenjak itu Gus Dur memahami arti pentingnya silaturahmi, yaitu meskipun berbeda politik, silaturahmi tidak boleh putus.

JUDUL:
SULUK GUS DUR
PENERBIT:
AR-RUZZ MEDIA, 2013

272 HALAMAN, 13,5X20 CM

*Penulis adalah Mahasiswi Semester I Universitas Serang Raya Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Program Studi Ilmu Administrasi Negara