Sponsor

Jumat, 20 Desember 2013

Saatnya Mahasiswa 'Melek'

Demokrasi yang dinilai mampu memberikan solusi terbaik bagi bangsa, justru membawanya kearah yang lebih suram, setiap masyarakat memberikan suara dengan embel- embel ini dan itu, hanya akan membawa kesengsaraan bagi masyarakat ketika pemimpin yang dipilih oleh kita lupa dengan kursi panasnya. Pemimpin yang seharusnya tidak berat sebelah terhadap masyarakat, justru menggunakan kewenangannya untuk meninggikan dan meningkatkan golongannya sendiri. Nilai- nilai konstitusi tidak lagi dipakai secara arif dan bijaksana, dasar- dasar kelembagaan tidak lagi tercapai untuk kemaslahatan bersama.
Seperti halnya yang terjadi dibeberapa kampus yang menggunakan system pemerintahan yang dipimpin oleh presiden mahasiswa sebagai lembaga eksekutif tertinggi dan dewan perwakilan mahasiswa atau majlis permusyawaratan mahasisw sebagai lembaga legislative, lebih akan ideal jika kedua lembaga tersebut memberikan kesempatan yang sama bagi seluruh mahasiswa yang berada dibawah naungannya, bukan mendahulukan kepentingan kelompoknya sehingga dinilai kejahatan sejarah yang terjadi pada negeri ini terulang kembali dalam miniature state, dimana kolusi, korupsi dan nepotisme (KKN) menjadi rahasia umum yang menggelitik idealism mahasiswa.
Dilihat dari skala prioritas adalah ketika para lembaga tersebut tidak mampu menaungi seluruh mahasiswa, entah karena system ketatanegaraan kita yang dianut seperti ini dan kemudian ditiru oleh mahasiswa yang konon katanya sebagai agent of change, sehingga mereka hanya mementingkan golongannya semata?
Ketidakadilan yang terjadi seakan agenda setting politik kampus yang sedang bergejolak untuk meninggikan golongannya tanpa melihat sosiografi kampus dan karakter mahasiswa yang akan menjadikannya sebagai kaum autisme yang sibuk dengan urusannya masing- masing tanpa melihat kondisi yang terjadi disekitar.

Mahasiswa sebagai control dan mandatory social seharusnya lebih peka dengan keadaan sekitar, sehingga mampu memberikan kontribusi terhadap perkembangan politik kampus. Mahasiswa sebagai insan pembebasan tidak lagi memikirkan golongannya yang akan mengkerdilkan yang lain. Saatnya mahasiswa berfikir dan menganalisa dengan apa yang terjadi pada politik dan sistematika pemilihan umum mahasiwa, sehingga hal tersebut tidak lagi terulang.

*KBM Fisip

0 komentar:

Posting Komentar