Demokrasi yang
dinilai mampu memberikan solusi terbaik bagi bangsa, justru membawanya kearah
yang lebih suram, setiap masyarakat memberikan suara dengan embel- embel ini
dan itu, hanya akan membawa kesengsaraan bagi masyarakat ketika pemimpin yang
dipilih oleh kita lupa dengan kursi panasnya. Pemimpin yang seharusnya tidak
berat sebelah terhadap masyarakat, justru menggunakan kewenangannya untuk
meninggikan dan meningkatkan golongannya sendiri. Nilai- nilai konstitusi tidak
lagi dipakai secara arif dan bijaksana, dasar- dasar kelembagaan tidak lagi
tercapai untuk kemaslahatan bersama.
Seperti halnya
yang terjadi dibeberapa kampus yang menggunakan system pemerintahan yang
dipimpin oleh presiden mahasiswa sebagai lembaga eksekutif tertinggi dan dewan
perwakilan mahasiswa atau majlis permusyawaratan mahasisw sebagai lembaga
legislative, lebih akan ideal jika kedua lembaga tersebut memberikan kesempatan
yang sama bagi seluruh mahasiswa yang berada dibawah naungannya, bukan
mendahulukan kepentingan kelompoknya sehingga dinilai kejahatan sejarah yang
terjadi pada negeri ini terulang kembali dalam miniature state, dimana kolusi, korupsi dan nepotisme (KKN) menjadi
rahasia umum yang menggelitik idealism mahasiswa.
Dilihat dari
skala prioritas adalah ketika para lembaga tersebut tidak mampu menaungi
seluruh mahasiswa, entah karena system ketatanegaraan kita yang dianut seperti
ini dan kemudian ditiru oleh mahasiswa yang konon katanya sebagai agent of change, sehingga mereka hanya
mementingkan golongannya semata?
Ketidakadilan
yang terjadi seakan agenda setting politik kampus yang sedang bergejolak untuk meninggikan
golongannya tanpa melihat sosiografi kampus dan karakter mahasiswa yang akan
menjadikannya sebagai kaum autisme yang sibuk dengan urusannya masing- masing
tanpa melihat kondisi yang terjadi disekitar.
Mahasiswa
sebagai control dan mandatory social seharusnya lebih peka dengan keadaan
sekitar, sehingga mampu memberikan kontribusi terhadap perkembangan politik
kampus. Mahasiswa sebagai insan pembebasan tidak lagi memikirkan golongannya
yang akan mengkerdilkan yang lain. Saatnya mahasiswa berfikir dan menganalisa
dengan apa yang terjadi pada politik dan sistematika pemilihan umum mahasiwa,
sehingga hal tersebut tidak lagi terulang.
*KBM Fisip









0 komentar:
Posting Komentar